All The Things,  Lifestyle

Merasa Bersalah Karena Bekerja? Ibu Bisa Atasi Dengan Cara Ini

Sebagian besar para ibu selalu dihantui rasa bersalah kepada anak maupun suami. Hal ini tidak hanya berlaku untuk ibu yang bekerja saja, ibu rumah tangga yang menghabiskan waktu di rumah seharian pun pasti pernah dilanda perasaan ini.

Terpaksa meninggalkan anak atau suami untuk bekerja seringkali membuat rasa bersalah itu muncul. Merasa kurang memerhatikan keluarga, kurang memerhatikan anak atau tidak terlalu peduli kepada suami membuat perasaan bersalah itu muncul.

Tak jarang Ibu menangis setiap malam karena tak bisa memberikan perhatian penuh pada keluarga atau harus meninggalkan kegiatan favorit bersama anak karena pekerjaan, entah itu pekerjaan di dalam rumah maupun pekerjaan kantor.

Ini saya rasakan sejak saya mulai bekerja sebagai freelancer. Perasaan bersalah itu selalu muncul setelah saya sibuk mencari ide dan tidak bisa menemani anak bermain, ketika saya sibuk mendesain cover, dan saya lupa menyetrika baju seragam kerja suami.

Hal itu semakin terasa ketika pekerjaan saya bertambah sebagai staff sebuah sekolah swasta. Saya jadi lebih banyak menghabiskan waktu untuk pekerjaan daripada dengan keluarga. Membuat saya dilema dan ingin menyerah bekerja saja.

Kemudian saya mencoba cara ini untuk mengatasi rasa bersalah :

Memahami akar masalah

Kita sering mengeluhkan permasalahan yang tidak kita ketahui secara pasti penyebabnya. Apalagi jika hanya mengutamakan perasaan, maka tidak ada solusi yang terlintas dipikiran.

Maka untuk masalah rasa bersalah pun kita juga harus memahami dengan benar penyebab rasa bersalah itu karena apa dan kenapa.Kemudian cari solusinya.

Pahami dengan benar, karena bisa jadi hal itu sebenarnya bukan masalah serius.

Komunikasi terbuka dengan pasangan dan keluarga

Beberapa tahun terakhir, saya membiaskan diri untuk selalu berterus terang kepada anak dan suami tentang pekerjaan saya. Saya memilih untuk mengatakan kenapa saya harus segera mengerjakannya, kenapa saya tidak bisa menunda atau meninggalkan pekerjaan tersebut dan mengatakan kita akan punya waktu nanti setelah pekerjaan saya selesai.

Bahkan ketika saya tidak sempat melipat baju karena harus menulis artikel, atau saya tidak sempat masak sarapan karena harus buru-buru masuk kerja. Semua saya usahakan untuk komunikasikan di malam hari sebagai bahan deep talk  sebelum tidur.

Hingga akhirnya sama-sama mengerti apa yang diinginkan anak dan suami, serta apa yang kita harapkan.

Menetapkan prioritas yang jelas

Setiap orang harus memiliki prioritas dalam hidupnya. Ada hal yang harus segera dilakukan dan ada yang bisa ditunda atau bahkan tidak perlu dikerjakan sama sekali.

Awalnya saya cukup kesulitan dalam menentukan prioritas ini, karena bagi saya semua pekerjaan saya itu penting dan harus dilakukan. Namun seiring waktu, setelah memahami konsep managemen wakt , saya tahu tidak semua pekerjaan harus dilakukan saat itu juga.

Seperti saat saya memutuskan untuk bekerja offline, saya harus merelakan waktu bersih-bersih saya, atau membiarkan tumpukan pakaian menggunung di keranjang karena belum sempat melipat atau menyetrikanya.

Tentukan mana yang perlu dikerjakan segera, misalnya saya memilih tidak scroll sosial media dan menulis artikel saja. mengurangi nonton drama Korea atau tidak sama sekali demi membersamai anak belajar.

Jadi tentukan prioritasmu agar semua bisa terlaksana tanpa merasa bersalah ketika meninggalkan anak dan suami untuk bekerja, serta masih punya waktu untuk keluarga.

Menerapkan  konsep “Quality time

Seperti yang dibahas sebelumnya, jika kita sudah bisa menentukan pekerjaan prioritas otomatis kita akan mudah memiliki quality time bersama anak dan suami.

Merayakan Prestasi

Bersyukur atas apa yang kita lakukan atau dalam bullet journal disebut dengan Gratitude Journal. Merayakan dengan hal kecil, bisa dengan mencatatnya di buku atau melakukan sesuatu demi memberi ganjaran atas prestasi tersebut.

Misalnya saya bisa menyelesaikan dua artikel dalam seminggu di antara kesibukan bekerja. Saya akan  membawa anak-anak untuk makan di luar meski hanya makan bakso sekaligus berterima kasih pada mereka atas pengertiannya.

Memahami bahwa rasa bersalah itu normal

Setiap manusia pasti pernah merasa bersalah dalam hidupnya. Rasa cemas dan takut biasanya mengiringi perasaan ini.

Segala sesuatu bisa jadi hal mudah untuk dilalui, tetapi bisa juga menjadi hal berat, tergantung bagaimana kita menyikapinya.

Untuk mengatasi perasaan berlebih sebenarnya bisa dimulai dari pikiran positif kita, bagaimana kita merespon sesuatu sebagai hal yang biasa saja.

Memahami bahwa rasa bersalah itu normal sebagai manusia. Asal tidak dipikirkan berlarut-larut, maka semua akan baik-baik saja.

Bagaimana?

Jika kamu adalah seorang ibu yang sering merasa bersalah, maka kamu bisa mencoba cara di atas.

Semoga bermanfaat.

Blogger Editor Freelance Penulis novel Content writer Copy writer Graphic designer by canva

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *