
Genre Romance dan Self Improvement Masih Jadi Favorit

Bicara soal genre sebuah buku mungkin masih ada beberapa orang belum mengerti apa sebenarnya genre itu sendiri. Saya sendiri pun baru mengetahui seluk beluk genre ini sejak memasuki dunia kepenulisan. Sebelumnya saya hanya tahu membaca buku saja.
Secara umum buku dibedakan menjadi dua jenis yaitu fiksi dan non fiksi. Masing-masing memiliki genre yang berbeda-beda.
Genre itu apa?
Menurut KBBI genre adalah jenis, tipe, atau kelompok sastra atas dasar bentuknya; ragam sastra:
Dalam buku fiksi ada berbagai macam genre, contohnya ; romance, fanfiction, thriller, fantasy, horor dan lain sebagainya.
Sedangkan buku non fiksi memiliki beberapa genre yang berbeda, seperti self improvement, science, parenting, biografi dan masih banyak lagi.
Nah di sini saya akan membahas dua genre buku yang paling saya sukai dan sering saya baca.
Novel Romance
Novel genre romance sangat diminati oleh sebagian besar perempuan termasuk saya. Buku yang biasanya berisi kisah romantis antar pasangan atau tentang kasih sayang merupakan buku yang dapat menghibur saya di sela kesibukan mengurus rumah tangga dan mengerjakan tulisan dari klien.
Dari novel romance saya belajar banyak hal tentang hubungan baik dengan pasangan, keluarga maupun sahabat.
Ada banyak jenis karakter manusia yang saya ketahui dari membaca kisah dalam buku. Hal-hal yang sebelumnya tidak saya ketahui atau saya sadari bisa didapatkan di sana. Bahkan kita bisa ikut tersenyum malu maupun tersipu ketika membaca cerita manis di dalam novel.
Di antara banyaknya novel romance lokal, karya Dee Lestari, Tere Liye, Mira W dan Boy Candra menjadi novel favorit saya.
Kalimat-kalimat sederhana hingga mengandung misteri yang mereka tulis menjadi teman saya di saat sepi beberapa tahun terakhir ini, hingga saya pun memilih untuk menulis genre ini untuk karya saya sendiri.
Buku Self Improvement
Buku Self Improvement merupakan salah satu buku yang sedang naik daun beberapa tahun terakhir ini. Mulai dari buku lokal hingga terjemahan dari negeri gingseng pun ikut memenuhi rak bestseller di toko buku online maupun offline.
Beberapa tahun lalu, saya kurang tertarik dengan buku jenis ini karena saya pikir membosankan dan membuat mata mengantuk. Namun sejak pandemi melanda seluruh dunia, saya merasa dipenuhi kekhawatiran dan kecemasan yang berlebih.
Hingga aya memutuskan untuk mencari tahu cara untuk tetap sehat mental dan semangat di kala pandemi lewat buku-buku pengembangan diri yang direkomendaskan oleh teman-teman bookstagram.
Dari situ saya sangat bersyukur dapat ilmu luar biasa dari buku-buku itu. Dengan membaca buku pengembangan diri saya jadi lebih tenang dan optimis dalam segala keadaan.

Melalui buku Mindset karya Carol S. Dweck saya memahami bahwa segala sesuatu berasal dari pikiran kita sendiri.
Buku I Want to Die but I Want to Eat Tteokpokki 2, karya Baek Se Hee mengajarkan saya bahwa kita tak perlu terlalu memikirkan apa yang orang lain katakan maupun pikirkan tentang kita.
Dan yang terakhir adalah buku Atomic Habits yang baru selesai saya baca ini membuat saya mengerti betapa dahsyatnya kebiasaan-kebiasan kecil yang dapat mempengaruhi hidup kita di masa depan.
Tiga buku favorit ini membuat saya terkesan dengan penuturan-penuturan sederhana yang membuka pikiran saya tentang hal-hal yang selama ini tidak pernah terpikirkan. Saya jadi tahu banyak hal yang selama ini diremehkan ternyata dapat mengubah hidup kita.
Kalau teman-teman sendiri bagaimana? apakah kalian sudah membaca buku-buku di atas? atau punya buku dengan genre berbeda?

