Bertumbuh dan Produktif Dengan Membaca Buku
Dari buku kita belajar banyak hal yang mungkin tak pernah terbayangkan.
Dulu saya sangat tidak suka baca buku non fiksi. Satu paragrafย atau dua paragraf saja sudah membuat saya mengantuk luar biasa. Dari kecil saya lebih suka membaca dongeng atau cerpen, kemudian setelah beranjak remaja hingga dewasa, saya mulai suka membaca buku fiksi berupa novel romance.
Bagi saya itu hal luar biasa yang membuat perasaan saya membaik. Apalagi suasana romantis yang membuat saya ikut senang mengikuti perkembangan kisah si tokoh.
Namun pada akhirnya saya lelah dan merasa bosan. Merasa butuh buku lain yang dapat membantu saya bertumbuh dan lebih produktif dalam menjalani hidup.
Hingga akhirnya saya menemukan buku non fiksi yang membuat saya sadar akan sesuatu.
Kenapa baru sekarang saya menyadarinya?
Kenapa saya membuang banyak waktu saya untuk hal yang tidak berguna? Misalnya terlalu memikirkan cinta? yang membuat saya lebih sering baper dan tidak melakukan apa-apa alias mager.
Ketika saya hanya menghabiskan waktu untuk menonton drama sedih atau membaca buku sedih secara berlebihan saya merasa terus berada dalam zona kesedihan itu dan tak berkembang kemana-mana. Apalagi ketika kita hidup di lingkungan yang mayoritas memiliki mindset sempit.
Seperti orang yang terlahir dari keluarga miskin dan merasa akan tetap miskin, serta menanamkan mindset itu ke anak-anak mereka. Misalnya membiasakan mendengar kata-kata “Kita ini sudah miskin jadi nggak usah bermimpi terlalu tinggi.”
“Mana bisa sukses kalau anak orang miskin, biasanya anak mengikuti jejak ayahnya.”
Dan kalimat-kalimat yang seringkali membuat orang semakin stres dan insecure, dan tidak berusaha untuk berkembang sama sekali.
Padahal kesuksesan itu bisa dimiliki oleh siapa saja yang mau berusaha.
Jika kamu ingin bertumbuh dan produktif, kamu bisa mulai dengan mengubah mindset kamu dan yakin bahwa kamu bisa mencapai apa yang kamu cita-citakan.
Mengubah mindset bisa dimulai dengan membaca buku self improvement.
Sebenarnya dari buku-buku tersebut kita tidak hanya dapat mengubah mindset, tetapi mengetahui beberapa hal yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan sama sekali.
Misalnya saja dulu saya sering memikirkan pendapat ornag lain tentang saya, komentar orang lain tentang apa yang saya lakukan dan perasaan orang lain setelah mendengar apa yang saya katakan dengan berlebihan. Sehingga akhirnya saya jadi takut berkata-kata, ragu-ragu dalam melakukan sesuatu dan berhari-hari memikirkan hal tersebut, kemudian membuat pekerjaan saya tertunda.
Namun ketika saya membaca buku I Want to Die But I Want to Eat Tteokbokki, saya menyadari bahwa perasaan dan pikiran orang lain itu bukanlah tanggung jawab saya dan saya hanya bisa mengendalikan apa yang bisa saya kendalikan yaitu pikiran dan perasaan saya sendiri. Dan ketika orang lain punya persepsi berbeda, maka mau tidak mau kita harus menghormatinya.
Jika kamu merasa bermasalah dengan kebiasaan buruk seperti menunda pekerjaan, kekurangan waktu dan lain sebagainya, kamu bisa membaca buku The Power of Habit atau Atomic Habit yang mengupas habis tentang kebiasaan hidup sehari-hari.
Buku The Psichology of Money bisa membantu masalah tentang keuangan. Atau buku Mindset karya Carol S. Dweck yang akan mengubah mindset menjadi lebih baik.
Namun kamu harus ingat bahwa membaca saja tidak cukup mengubah hidupmu menjadi bertumbuh dan poduktif jika tidak disertai praktik. Maka memraktikan apa yang diperoleh dari buku, selama itu positif akan menjadi cara praktis untuk memperoleh hidup yang lebih baik.